STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Menyusun standar auditing merupakan salah satu tugas IAI yang merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis.
Panduan yang lebih umum adalah 10 Standar Profesional Akuntan Publik.
STANDAR UMUM
1. Audit harus dilaksanakan oleh 5 orang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, indepedensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dipenuhi untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit.
STANDAR PELAPORAN
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang telah ditetapkan dalam periode sebelumnya.
3. Pengukuran informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
BUKTI AUDIT
Sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh standar informasi keuangan.
KEPUTUSAN BUKTI AUDIT
Menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai.
1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.
3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilaksanakan
PERSUASIVITAS BUKTI AUDIT
1. Kompetensi
Bukti tersebut dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Tingkat kompetensi tidak dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar ukuran sampel atau mengambil intem-item lainnya dari suatu populasi, tetapi hanya dapat diperbesar dengan memilih berbagai prosedur audit yang mengandung tingkat kualitas yang lebih tinggi.
a. Relevansi
Bukti audit harus selaras atau relevan denga tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat dipercaya.
b. Independensi Penyedia Bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.
c. Efektifitas Pengendalian Intern Klien
Jika pengendalian intern berjalan efektif, auditor dapat memperoleh lebih banyak bukti yang kompeten.
d. Pemahaman Langsung Auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung auditor akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
e. Berbagai Kualifikasi Individu yang Menyediakan Informasi
Sumber informasi itu bersifat independen, jika individu yang menyediakan informasi tersebut memiliki kualifikasi untuk melakukan hal itu.
f. Tingkat Obyektifitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar.
g. Ketepatan Waktu
2. Kecukupan
JENIS-JENIS BUKTI AUDIT
1. Pengujian Fisik
Perhitungan yang akan dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud. Contoh persediaan dan kas.
2. Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor.
a. Konfimasi positif, meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan.
b. Konfirmasi negatif, penerima diminta untuk merespon hanya saat informasi tidak benar.
Konfimasi harus diawasi oleh auditor sejak saat konfimasi tersebut dipersiapkan hingga saat konfimasi tersebut diterima kembali.
3. Dokumentasi
Pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis.
a. Dokumen internal, dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan dalam organisasi klien sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihak-pihak diluar organisasi. Contoh laporan waktu kerja karyawan.
b. Dokumen eksternal, dokumen-dokumen eksternal berasal dari luar organisasi klien dan berakhir di tangan klien.
Dokumen eksternal dianggap memiliki tingakt kepercayaan yang lebih tinggi daripada dokumen internal. Karena dokumen eksternal pernah berada baik di tangan klien maupun pihak lain, maka kedua belah pihak telah sepakat akan informasi serta berbagai kondisi yang dinyatakan dalam dokumen.
4. Prosedur Analitis
Menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar.
a. Memahami industri dan bisnis klien, informasi tahun sekarang yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya. Perubahan ini bisa melambangkan tren penting atau kejadian khusus.
b. Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, prosedur analitis berguna sebagai indikasi bahwa perusahaan klien memiliki masalah keuangan, membantu auditor dalam menilai kemungkinan kegagalan bisnis.
5. Wawancara
Upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
6. Hitung Uji
Pengujian kembali atas perhitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode. Contoh perhitungan atas beban depresiasi dan beban dibayar dimuka.
7. Observasi
Penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu. Contoh melakukan pengecekan di ruang pabrik, apakah alat-alat yang dimiliki klien memadai dan karyawan-karyawan bekerja dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar