Rabu, 14 April 2010

Puluhan Usaha Mebel Gulung Tikar

PANGKALPINANG--MI: Sebanyak 30 usaha mebel di Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), gulung tikar karena kalah saing dengan produk mebel dari luar daerah dan tingginya biaya produksi.

Kabid Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Pangkalpinang Husni Thamrin di Pangkalpinang, Selasa (13/4), mengatakan, selama 2009 semua usaha mebel di kota ini gulung tikar sebagai dampak krisis ekonomi pada pertengahan 2009.

"Usaha mebel tidak bisa diselamatkan karena kalah saing dengan produk luar seperti produk olympic dan jati Jepara yang bentuk dan kualitas lebih baik serta harga yang lebih terjangkau," ujarnya.

Selain itu, kata dia usaha mebel gulung tikar disebabkan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan 2009 sehingga pengusaha mebel lokal sulit memasarkan pada saat bahan baku seperti papan, kayu dan lainnya sulit didapat dengan harga yang tinggi.

Ia mengatakan, matinya usaha mebel juga disebabkan masih rendahnya sumber daya manusia pengusaha dan kurangnya kreativitas pengusaha dalam meningkatkan mutu dan kualitas produk mebel seperti lemari, kursi, meja, asesories dan produk rumah tangga lainnya.

"Bentuk dan kualitas produk mebel lokal masih rendah dan harga jual yang tinggi pada saat daya beli masyarakat menurun dan masyarakat lebih membeli produk mebel yang lebih berkualitas dan lebih murah," ujarnya.

Ia menjelaskan, usaha perkayuan yang masih bertahan adalah usaha kusen, jendela, pintu dan kebutuhan bangunan rumah lainnya.

"Saat ini jumlah usaha kusen pada 2009 - 2010 mengalami penurunan sebanyak 15 unit usaha jika dibandingkan 2008 sebanyak 25 unit usaha," ujarnya.

Menurut dia, penurunan usaha perkayuan di Kota Pangkalpinang karena pengusaha sulit mendapatkan bahan baku kayu seiring habisnya hutan akibat penebangan liar, aktivitas penambangan bijih timah dan pembukaan lahan perkebunan secara besar-besaran.

"Kemungkinan usaha perkayuan Pulau Bangka khususnya di Kota Pangkalpinang akan terus berkurang karena tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan sementara permintaan menurun seiring belum stabilnya perekonomian masyarakat," ujarnya. (Ant/OL-7)


Ulasan:


Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan 2009 masih dirasakan dampaknya hingga sekarang ini, khususnya untuk pengusaha mebel lokal yang kesulitan memasarkan pada saat bahan baku seperti papan, kayu dan lainnya sulit didapat dan mengakibatkan harga bahan baku menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan bentuk dan kualitas produk mebel lokal masih rendah dan harga jual yang tinggi. Pada saat daya beli masyarakat menurun, masyarakat akan memilih produk mebel yang lebih berkualitas dan lebih murah.

Penyebab lain terjadinya kelangkaan bahan baku yang menyebabkan usaha gulung tikar adalah SK Menperdag No. 12/M-DAG/PER/6/2005. Bagi kalangan industri mebel dan kerajinan nasional, keluarnya SK tersebut sangat kontra produktif dengan target Indonesia menjadi pemain terbesar di dunia, karena kebijakan ekspor bahan baku telah mengakibatkan industri barang jadi nasional menjadi lemah dan market share mebel Indonesia diambil oleh negara-negara kompetitor. Akibatnya para pengusaha mengalami penurunan kapasitas produksi sampai 50%.

Seharusnya pemerintah melindungi industri-industri di dalam negeri khususnya mikro dan menengah terlebih dahulu. Dengan menjamin bahan baku yang digunakan dalam industri tersebut, tidak sebaliknya yaitu mengekspor bahan baku tersebut. Jika industri miro dan menengah kuat, maka akan lebih menguatkan perekonomian bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar