Kamis, 01 April 2010

TOKOH FILSAFAT : AL-GHAZALI

1. Biografi Imam Al-Ghazali

Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi. Ia adalah orang Persia asli yang dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di Thusi (sekarang dekat Meshed), sebuah kota kecil di Khurasan (sekarang Iran). Nama Al-Ghazali terkadang ditulis dan diucapkan dengan kata Al-Ghazzali (dua huruf z). Kata ini diambil dari kata Ghazzal, yang artinya tukang pintal benang karena pekerjaan ayahnya memintal benang wol. Adapun kata Al-Ghazali (satu huruf z) diambil dari kata Ghazalah, yaitu nama perkampungan tempat Al-Ghazali dilahirkan.

Al-Ghazali mula-mula belajar ilmu fiqh dari Abu Hamid Ahmad Ibn Muhammad Ath-Thusi Ar-Radzkani, lalu berangkat ke daerah Jurjan dan berguru pada Abi Al-Qaim Islmail. Kemudian, beliau melakukan perjalanan ke Naisabur dan tinggal di Madrasah Nizhamiyah, pimpinan Al-Haramain Al-Juwaini. Pada waktu itu, Naisabur dan Khurasan merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang terkenal di dunia Islam. Kemudian, beliau menjadi murid Imam Al-Haramain Al-Juwaini (guru besar di Madrasah Nizhamiyah Naisabur). Di antara pelajaran yang diberikan di sekolah ini adalah teologi, fiqh dan ushul fiqh, filsafat, logika dan sufisme. Beliau tinggal di Naisabur sampai wafatnya Al-Haramain tahun 1095 M.

Ketika Al-Ghazali mendalami ilmu kalam, beliau banyak melihat bahaya yang ditimbulkan dari perkembangan pemikiran ilmu kalam daripada manfaatnya. Ilmu ini lebih banyak mengeluarkan premis-premis yang mempersulit dan menyesatlkan ketimbang menguraikannya secara jelas. Karena itulah, Al-Ghazali meninggalkan ilmu kalam dan pindah mengejar ilmu filsafat. Akan tetapi, di bidang filsafat pun, Al-Ghazali banyak menentang kecenderungan para filsuf pada masanya yang membahayakan akidah.

Setelah banyak mendalami filsafat, Imam Al-Ghazali memandang bahwa filsafat tidak mampu menyingkap metafisika, bahkan banyak melahirkan kerancuan filsuf dalam menerapkan dalil. Imam Al-Ghazali kemudian melakukan kritik terhadap filsafat dan meninggalkannya.

Al-Ghazali beralih dari filsafat ke aliran bathiniyah. Kelompok bathiniyah ini sangat kontra dengan para filsuf yang menggunakan rasio sebebas-bebasnya. Mereka hanya menerima realitas dari Imam yang ma’sum (terpelihara dari dosa), yang menurut mereka akan selalu ada setiap masa.

Imam Al-Ghazali tidak menerima keyakinan aliran bathiniyah tentang ke ma’sum para imamnya, tetapi Al-Ghazali menyebutkan dengan istilah al-qisthas al-mustaqim, yaitu hal ini tidak dapat diperoleh dari Imam yang ma’sum, tetapi akan didapat dari Al-Quran sebagai sumber dan Al-Hadist.

Dengan kritik tersebut, Al-Ghazali meninggalkan aliran bathiniyah dan beliau memilih tasawuf sebagai tempat pencarian ketenangan jiwa dan pikiran.

2. Karya-Karya Al-Ghazali

Karya tulis Imam Al-Ghazali mencapai lebih kurang 300 buah. Beliau sudah mulai mengarang buku pada usia dua puluh tahun ketika beliau berada di Naisabur. Adapun waktu yang dipergunakan untuk mengarang adalah selama tiga puluh tahun. Hal ini berarti, dalam setiap tahun, beliau menghasilkan tidak kurang dari sepuluh buah karya besar dan kecil dalam berbagai disiplin ilmua pengetahuan, di antaranya:

a. Ilmu Kalam dan Filsafat

1. Maqashid Al-Falasifah

2. Tahafut Al-Falasifah

3. Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad

4. Al-Munqid min Adh-Dhalal

5. Maqashid Asma fi Al-Ma’ani, Asma Al-Husna

6. Faishal At-Tafriqat

7. Qisthas Al-Mustaqim

8. Al-Musthaziri

9. Hujjat Al-Haq

10. Munfashil Al-Khilaf fi Ushul Ad-din

11. Al-Muntahal fi Ilm Al-Jadal

12. Al-Madinun bi Al-Ghair Ahlihi

13. Mahkum An-Nadhar

14. Ara Ilmu Ad-Din

15. Arba’in fi Ushul Ad-Din

16. Iljam Al-Awam ‘an Ilm Al-Kat

17. Mi\’yar Al-‘Ilm

18. Al-Intishar

19. Isbat An-Nadhar

b. Fiqh dan Ushul Fiqh

1. Al-Basith

2. Al-Wasith

3. Al-Wajiz

4. Al-Khulashah Al-Mukhtasar

5. Al-Mustashfa

6. Al-Mankhul

7. Syifakh Al-‘Alil fi Qiyas wa Ta’lil

8. Al-Dzari’ah Ila Makarim Al-Syari’ah

c. Kitab Tafsir

1. Yaqul At-Ta’wil fi Tafsir At-Tanzil

2. Zawahir Al-Quran

d. Ilmu Tasawuf dan Akhlak

1. Ihya ‘Ulum Ad-Din

2. Mizan Al-Amanah

3. Kimya As-Sa’adah

4. Misyakat Al-Anwar

5. Muhasyafat Al-Qulub

6. Minhaj Al-Abidin

7. Al-Dar Fiqhirat fi Kasyf ‘Ulum

8. Al-Aini fi Al-Wahdat

9. Al-Qurbat Ila Allah Azza wa Jallla

10. Akhlak Al-Abrar wa Najat min Al-Asrar

11. Bidayat Al-Hidayat

12. Al-Mabadi wa Al-Hidayah

13. Nashihat Al-Mulk

14. Talbil Al-Iblis

15. Al-‘Ilm Al-Laduniyyah

16. Ar-Risalat Al-Laduniyyah

17. Al-Ma’khadz

18. Al-‘Amali

19. Al-Ma’rij Al-Quds

3. Pemikiran Pendidikan Imam Al-Ghazali

Al-Ghazali adalah tokoh yang menguasai banyak bidang ilmu di antaranya: 1) ahli ushul fiqh, 2) ahli fiqh yang bebas, 3) ahli ilmu kalam, 4) ahli sunnah dan pelindungnya, 5) ahli sosiologi, 6) ahli rahasia alam dan hati, 7) filsuf

Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa tinggi-rndahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan. Kewajiban utama manusia dalam pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan adalah tentang Dzat Allah yang Mahamutlaq.

Al-Ghazali dalam kitab Ar-Risalah membagi klasifikasi ilmu menjadi dua bagian besar, yaitu ilmu syar’i dan ilmu ‘aqli. Akal juga merupakan alat untuk memperoleh ilmu, akal diciptakan Allah dalam keadaan sempurna dan mulia, sehingga membuat derajat manusia tinggi. Dalam Mizan Al-‘Amal, Al-Ghazali menjelaskan dua cara memperoleh ilmu, yaitu: cara pengilhaman dari Tuhan yang melibatkan komunikasi manusia dengan Allah dan cara belajar atau diusahakan yang biasa dilakukan di sekolah formal dan nonformal.

Dalam pendidikan keimanan, Imam Al-Ghazali melalui Ihya ‘Ulumuddin, menjelaskan betapa pentingnya pendidikan keimanan ditekankan sejak anak didik usia dini.

Sumber: Hasan Basri dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Pendidikan Islam”

0 komentar:

Posting Komentar